Selamat Datang di Blog TPL-IKM Provinsi Jawa Barat

Minggu, 31 Juli 2011

SERAT SUTERA

Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut Lepidoptera. Spesies utama yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah Bombix mori, Tusah dan Anaphe. Proses produksi sutera dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pembibitan, yang berhubungan dengan produksi kepompong, dan penggulungan sutera yang berhubungan dengan penguraian kepompong menjadi benang.
Serat sutera adalah satu-satunya serat alam yang berbentuk filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera. Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin) dari mulutnya membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat (serisin). Bila terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras. Keadaan tersebut terjadi dari dalam dan menambah lapisan demi lapisan sehingga membentuk lapisan pelindung yaitu kepompong. Pembentukan kepompong berlangsung selama 2 hari. Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu sejumlah kepompong direndam dalam air panas supaya serisinnya melunak untuk memudahkan melepaskan filament dari kepompong. Kepompong disikat untuk menemukan ujung filament, kemudian diperoleh sutera mentah. Sutera mentah selanjutnya dimasak dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya, sehingga sutera menjadi lunak, berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76 % protein fibroin (serat), 22 % protein serisin (perekat), 1,5 % lilin dan 0,5 % garam-garam mineral. Serisin adalah protein albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lunak didalam air panas dan larut dalam larutan alkali lemah atau sabun. Serisin menyebabkan serat sutera mentah pegangannya kaku dan kasar, dan merupakan pelindung serat selama pengerjaan mekanik. Serisin dapat melindungi serat dari kerusakan, namun pada proses penyempurnaan serat sutera, protein ini dihilangkan dengan pemasakan. Fibroin merupakan protein yang menjadi bagian utama dari serat, tida larut dalam alkali lemah dan sabun. Fibroin terutama tersusun oleh asam – asam amino terdiri atas 43.8% glisin dengan gugus samping –H, 26.4% Alanin dengan gugus samping –CH3, 12.6% Serin dengan gugus samping –CH2OH, 10.6% Tirosin dengan gugus samping –CH2C6H4OH, dan sisanya terdiri dari asam – asam amino lainnya. Filament sutera mentah terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.
Setelah serisin dihilangkan, serat fibroin tembus cahaya, lebar serat rata sepanjang serat (9- 12m) dengan permukaan yang halus. Serat sutera tusah memiliki penampang membujur bergaris-garis dengan lebar tidak merata, berwarna lebih gelap, lebih kasar (rata-rata 28m). Serat sutera anaphe mempunyai bentuk bergaris-garis melintang pada jarak tertentu sepanjang serat. Penampang lintang serat sutera tusah berbentuk pasak. Penampang lintang serat sutera anaphe berbentuk segitiga yang melengkung. Penampang lintang serat sutera bombyx mori berbentuk segitiga dengan sudut-sudut yang membulat
Dalam keadaan kering kekuatan serat sutera 4 – 4.5 g/denier dengan mulur 20 – 25 % dan dalam keadaan basah kekuatannya 3.5 – 4.0 g/denier dengan mulur 25 – 30 %. Serat sutera dapat kembali kepanjang semula setelah mulur 4%, tetapi kalau mulurnya lebih dari 4 % pemulihannya lambat dan tidak kembali kepanjang semula.
Moiture regain sutera mentah 11%, tetapi setelah dihilangkan serisinnya menjadi 10%. Sifat khusus dari sutera adalah bunyi gemerisik (scroop) yang timbul apabila serat saling bergeseran. Berat jenis sutera mentah 1.33 dan sutera yang telah dihilangkan serisinnya 1.25 g/mL.
Seperti serat – serat protein lain sutera bersifat amfoter dan menyerap asam dan basa dari larutan encer. Sutera mempunyai titik iso elektrik 3.6. Sutera tidak mudah diserang oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan rusak didalam asam kuat. Sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam konsentrasi rendah, pada suhu tinggi akan mengalami kemunduran kekuatan. Sutera tahan terhadap semua pelarut organik, tetapi larut dalam kuproamonium hidroksida dan kupri etilena diamina. Sutera kurang tahan terhadap zat – zat oksidator dan sinar matahari. Sutera lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibanding dengan serat – serat alam lain.